Senin, 02 November 2015

SELAMATKAN INDONESIA




(AGENDA MENDESAK BANGSA)
Diresum dari karya Amin Raiz

Indonesia telah merdeka dari penjajah pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi dalam membangun Indonesia seolah kemerdekaan itu tidak ada. Hal ini dikarenakan Indonesia seolah mengulang sejarah, Indonesia menjadi wilayah yang kembali terjajah dengan nama “korporatorkasi”. Korporatokrasi dipegang oleh para negara-negara maju terutama Amerika Serikat, dengan ideologinya yaitu mengakumulasi modal sebanyak-banyaknya untuk memperoleh keuntungan setinggi-tingginya agar bisa menguasai dunia. Korporatokrasi berjalan lancar dengan membonceng adanya arus globalisasi.
Selamatkan Indonesia, Noam Chomsky mengingatkan : globalisasi yang tidak memprioritaskan hak- hak rakyat, globalisasi semacam itu didasarkan atas kosentrasi kekuasaan gabungan antara Negara dan swasta yang secara umum tidak brtanggungjawab terhadap public kebanyakan kejahatan dalam melanggar HAM yang merusak lingkungan dan menguras kekayaan alam Negara- Negara / asset Negara. Indonesia perlu agenda baru yang di usulkan Stiglitz yaitu semacam agenda mendesak yakni melakukan negoisasi ulang terhadap seluruh kontrak karya pertambangan yang intinya merugikan Indonesia sendiri dan memberikan keuntungan pada korporasi asing. Jika pemerintah berani yaitu berani menegosiasi ulang kontrak karya pertambangan yang merugikan rakyat, Indonesia akan memperoleh keuntungan jauh lebih besar dibandingkan yang diperoleh para investor asing.
Pemikiran Amerika Serikat yang berambisi untuk menjadi Wolrd Leader menjadikan bangsa-bangsa berkembang sebagai tools of US Imperialims dengan mendeklarasikan sebuah “PAX Americana”, tak terkecuali bangsa Indonesia. Konkrit dari Indonesia yang masih mempunyai sikap Inlander ini semakin bangkrut misalnya dengan adanya kelimpangan utang pada IMF,WTO&Bank World (padahal ketiga badan ini dibentuk oleh Eropa dan Amerika). Selain itu, mudahnya Indonesia mengikuti perjanjian kontrak yang merugikan seperti penambangan Freeport papua, Exxon mobil dan Chevron yang mengelola perminyakan yang harusnya dikelola Pertamina, 50% perbankan nasional dipegang asing, telekomunikasi dan industri otomotif yang sahamnya diambil alih oleh asing, serta masih banyak lagi. Lebih parahnya, Indonesia yang diam saja ketika illegal loging, pencurian pasir, budaya dan pulau-pulau negara ini yang di klaim oleh negara-negara tetangga.
Korporatokrasi yang dinanungi oleh korporasi besar ini semakin menguat dengan adanya bantuan Pemerintah negara berkembang yang tunduk secara sukarela pada negara maju karena candu utang, pertahanan dari military industrial complex, media massa yang ditekan oleh pihak korporasi, dan Intelektual Pengabdi kekuasaan. Sebenarnya Indonesia juga termasuk korporasi, hal ini dikaitkan dengan para koruptor oleh elite nasional. Ketika utang menjadi solusi utama, justru utang tersebut diselewengkan, serta ketika sumber daya dicuri justru elit nasional ini mendapatkan untung karena memberikan izin secara illegal dari makelar asing.
Sadar atau tidak, dunia ini dijalankan oleh Uang (kekuasaan perekonomian) yang menjadikan manusia tidak beradab dan bersifat dzalim. Perpecahan Indonesia semakin riil, kala negara dipimpin oleh korporatokrat dan konglomerat. Beberapa saran agar bangsa ini dapat terselamatkan antara lain secepat mungkin mempersiapkan pemimpin yang mempunyai mentalitas yang bebas, mandiri dan tegas ; kerjasama dengan bangsa lain atas dasar saling menguntungkan ; penyadaran akan State Capture Corruption ; sangat dibutuhkannya ekonom yang tangguh untuk Komisi Pembrantasan Korupsi ; Kontrak kerja dibidang migas&non migas harus dipelajari dan ditelaah secara jujur ; kepentingan korporasi asing tidak boleh mengungguli kepentingan nasional ; pembentukan arbitrase nasional khusus menyelesaikan konflik kepentingan nasional dan pihak asing ; menghilangkan penyakit debt-addict : dibutuhkan kecakapan dan ketrampilan anak bangsa dalam membentuk blue print perekonomian bangsa dimasa depan dan media massa sebagai the fourth estate

Tidak ada komentar:

Posting Komentar