Senin, 02 November 2015

HIMATOLOGI PELAYANAN PUBLIK




HIKMATOLOGI PELAYANAN PUBLIK DALAM ISLAM
Penerapan syariat Islam saat ini diharapkan bisa menjadi budaya secara menyeluruh dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat dan pelayanan pemerintahan yang sesuai dengan ajaran syariat itu sendiri. Sementara yang baru terlihat selama ini, syariat Islam masih pada tataran struktural ‎berupa aturan  normative saja. Dengan berjalannya penerapan syariat Islam, kita berharap tidak hanya struktural dalam bentuk aturan hukum saja, tapi juga menjadi budaya masyarakat dan pemerintahan kita.  Syariat Islam yang struktural itu normatif yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum syariat yang ada di ajaran Islam, sedangkan Islam kultural yang menjadi budaya Islami merupakan bentuk aplikatif implementasi syariat itu sendiri dengan realita yang ada pada praktek di lapangan atau di masyarakat sesuai isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.‎
Dengan terwujudnya syariat Islam, maka segala bentuk hubungan hablum minannas (sesama manusia) dalam kehidupan sehari-hari umat Islam menjadi nilai-nilai ibadah di dalamnya. Misalnya, dalam hal pelayanan publik oleh pemerintah kepada masyarakat merupakan bagian dari ibadah.  Karenanya, siapa saja yang ditugaskan melayani publik di pemerintahan tapi tidak melayaninya dengan baik sesuai ajaran syariat Islam, maka itu akan menjadi dosa, sehingga bau surga saja dia tidak dapat‎ di akhirat kelak.
Jika implementasi syariat Islam sudah berjalan, maka berbagai perbuatan menyimpang seperti patologi organisasi, korupsi, sogok menyogok, tidak baiknya pelayanan birokrasi, perbuatan mendhalimi dan enghina orang lain, serta berbagai tindakan lainnya yang tidak sesuai dengan ajaran syariat Islam, akan hilang dengan sendirinya di tengah-tengah umat Islam.
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberi pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. (Sadhana:2010)1. Pelayanan public bukan hanya merupakan persoalan administratif  saja tetapi lebih tinngi dari itu yaitu pemenuhan keinginan dari publik. Oleh karena itu diperlukan kesiapan bagi administrator pelayan public agar dapat dicapai kualitas pelayanan yang baik, efektif dan efisien.
Pelayanan publik jika dikaitkan dengan filsafat  hikmatologi yang didalamnya berisi 7  kandungan yaitu  diantaranya imanial, spiritual, intelektual, mental, fisikal, social, environmental.  Dalam hal ini akan dibahas satu persatu tentang pelayanan publik dalam islam jika dikaitkan dengan hikmatologi yaitu sebagai berikut:
1.      Imanial
Konsep Islam mengajarkan bahwa dalam memberikan layanan dari usaha yang dijalankan baik itu berupa barang atau jasa jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas, melainkan yang berkualitas kepada orang lain. Hal ini tampak dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 267, yang menyatakan bahwa: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan darinya padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Bagaimana seorang pelayan public bisa memberi pelayanan terhadap masyarakat sepenuh hati sesuai SOP yang telah ditentukan, sebagai pelayan public harus mempunyai iman yang kuat, bagaima pelayan publik harus mempunyai jiwa yang adil,  jujur, akuntabel, transparan semua itu kunci dari keberhasilan pelayanan agar (IKM) indeks kepuasan masyarakat terpenuhi.
2.      Spiritual
Islam adalah agama yang paling lengkap, maksudnya Islam mengurus semua hal dalam kehidupan manusia di berbagai bidang, baik urusan ritual dan urusan dunia seperti ekonomi, politik, hukum, semua aspek kehidupan manusia diatur. Seperti halnya tentang pelayanan public, dalam islam bagaimana pentingnya memberikan pelayanan yang berkualitas disebabkan pelayanan (service) tidak hanya sebatas mengantarkan atau melayani. Service berarti mengerti, memahami, dan merasakan sehingga penyampaiannyapun akan mengenai sasaran kepeda masyarakat yang dilayani.  
Dimensi reliable (kehandalan) yang berkenaan dengan kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan secara terpercaya dan akurat. Pelayanan akan dapat dikatakan reliabel apabila dalam perjanjian yang telah diungkapkan dicapai secara akurat. Ketepatan dan keakuratan inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap lembaga penyedia layanan jasa. Dalam konteks ini, Allah juga menghendaki setiap umatNya untuk menepati janji yang telah dibuat dan dinyatakan sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 91: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah sumpah itu), sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”.
3.      Intelektual
      Sebagai pelayan public dituntut profesionalisme yaitu pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Ukuran profesionalisme adalah kompetensi, efektifitas dan efisiensi serta bertanggung jawab.( Sedarmayanti :2013)2  
            Seorang pelayan public harus berfikir kritis untuk itu sebagai pelayan public harus mempunyai  SDM yang berkualitas, profesionalisme sehingga dalam memberi pelayanan bisa sefektif an seefisien mungkin.
      Dimensi responsiveness (daya tanggap) berkenaan dengan kesediaan atau kemauan pegawai dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen. Kecepatan dan ketepatan pelayanan berkenaan dengan profesionalitas. Dalam arti seorang pegawai yang profesional dirinya akan dapat memberikan pelayanan secara tepat dan cepat. Profesionalitas ini yang ditunjukkan melalui kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, seorang dikatakan profesional apabila dirinya bekerja sesuai dengan keahlian atau kemampuannya. Pekerjaan akan dapat dilakukan dan diselesaikan dengan baik secara cepat dan tepat apabila dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang pekerjaannya. Kepercayaan yang diberikan konsumen merupakan suatu amanat. Apabila amanat tersebut disia-siakan akan berdampak pada ketidakberhasilan dan kehancuran lembaga dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Untuk itu kepercayaan konsumen sebagai suatu amanat hendaknya tidak disia-siakan dengan memberikan pelayanan secara profesional melalui pegawai yang bekerja sesuai dengan bidangnya dan mengerjakan pekerjaannya secara cepat dan tepat, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Bukhari, yaitu: “apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya, berkata seseorang: bagaimana caranya menyia-nyiakan amanat ya Rasulullah? Berkata Nabi: apabila diserahkan sesuatu pekerjaan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”.
4.      Mental
Dimensi assurance (jaminan) berkenaan dengan pengetahuan atau wawasan, kesopanan, santun, kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respek terhadap konsumen. Apabila pemberi layanan menunjukkan sikap respek, sopan santun dan kelemahlembutan maka akan meningkatkan persepsi positif dan nilai bagi konsumen terhadap lembaga penyedia jasa. Assurance ini akan meningkatkan kepercayaan, rasa aman, bebas dari resiko atau bahaya, sehingga membuat konsumen merasakan kepuasan dan akan loyal terhadap lembaga penyedia layanan. Baik buruknya layanan yang diberikan akan menentukan keberhasilan lembaga atau perusahaan pemberi jasa layanan. Dengan memberian pelayanan yang menunjukkan kesopanan dan kelemahlembutan akan menjadi jaminan rasa aman bagi konsumen dan yang berdampak pada kesuksesan lembaga penyedia layanan jasa. Berkenaan dengan hal ini, Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 159 menyatakan bahwa: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah mapun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesuangguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”.
Dimensi empathy (empati) berkenaan dengan kemauan pegawai untuk peduli dan memberi perhatian secara individu kepada konsumen. Kemauan ini yang ditunjukkan melalui hubungan, komunikasi, memahami dan perhatian terhadap kebutuhan serta keluhan konsumen. Perwujudan dari sikap empati ini akan membuat konsumen merasa kebutuhannya terpuaskan karena dirinya dilayani dengan baik. Sikap empati pegawai ini ditunjukkan melalui pemberian layanan informasi dan keluhan konsumen, melayani transaksi konsumen dengan senang hati, membantu konsumen ketika dirinya mengalami kesulitan dalam bertransaksi atau hal lainnya berkenaan dengajn pelayanan lembaga. Kediaan memberikan perhatian dan membantu akan meningkatkan persepsi dan sikap positif konsumen terhadap layanan lembaga. Hal ini yang akan mendatangkan kesukaan, kepuasan dan meningkatkan loyalitas konsumen. Berkenaan dengan empati, dalam Rasullulah saw yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim, menyatakan: “Abu Musa al-Asy’ary ra. Berkata: bersabda Nabi saw, “seorang muslim yang menjadi bendahara (kasir) yang amanat, yang melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepadanya dengan sempurna dan suka hati, memberikannya kepada siapa yang diperintahkan memberikannya, maka bendahara itu termasuk salah seorang yang mendapat pahala bersedekah”.
5.      fisikal
Dimensi tangibles (bukti fisik) dapat berupa fasilitas fisik seperti gedung, ruangan yang nyaman, dan sarana prasarana lainnya.  Dalam konsep Islam pelayanan yang berkenaan dengan tampilan fisik hendaknya tidak menunjukkan kemewahan . Fasilitas yang membuat konsumen merasa nyaman memang penting, namun bukanlah fasilitas yang menonjolkan kemewahan. Pernyataan ini sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an surat At-Takaatsur ayat 1-5, yaitu:“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu,jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”.
Kenyaman lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti tempat parker, toilet, tempat ibadah dan lain- lain. (Sadhana: 2010)3  
6.      Sosial
Pelayanan public juga mempunyai fungsi social dimana dalam pelayanan tidak hanya melayani masyarakat di tepat (kantor), melainkan bisa juga turun serta kelapangan mengetahui kondisi masyarakat, kebutuhan apa yang kiranya yang dibutuhkan masyarakat. Emphaty yaitu perhatian perorangan pada pelanggan.
Pelayan public seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan itu semua pelayanan yang besifat social, untuk itu pemerintah harus berupaya untuk melayani masyarakat sesuai yang mereka butuhkan.masyarakat akan sejahtera jika dalam pelayanan ang diberikan oleh pemerinahbisa diasakan sesuai  Indek kepuasan masyarakat itu sendiri.
7.      Environminta
Kondisi lingkungan dalam lingkup pelayanan harus benar- benar diperhatikan, demi kenyamanan dalam  pelayanan, rasa aman, kenyamanan sangat penting. Bagaimana upaya pihak pemberi jasa dapat memberikan pelayanan yang baik untuk memenuhi kualitas pelayanan yang prima.
Dari segi aparatur yang disiplin, taat dalam aturan, pelayanan yang sesuai SOP, dan bagaimana pemberi pelayanan bisa bersikap rama, lemat lembut, dan sepenuh hati dalam memberikan pelayanan. Suasana seperti itu sangat perlu diterapakan didalam lingkungan pelayanan public, untuk menciptakan pelayanan yang efektif da efisien.

Kesimpulan
Berdasarkan teori-teori yang telah diungkapkan, maka disimpulkan bahwa pelayanan public dalam islam yang  diutamakan yaitu kualitas pelayanan yaitu suatu penilaian konsumen tentang kesesuaian tingkat pelayanan yang diberikan dengan tingkat pelayanan yang diharapkannya. Kualitas pelayanan ini diukur dengan lima dimensi, yaitu: 1) Reliability (Kehandalan), 2) Responsiveness (Daya Tanggap), 3) Assurance (Keyakinan), 4) Emphaty (Empati) dan 5) Tangibles (Bukti Fisik).
Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa barang maupun pelayanan/jasa hendaknya memberikan yang berkualitas,jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas kepada orang lain.Seperti dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 267: yang Artinya:

Hai orang–orang yang beriman,nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagiandari hasil usahamu yang baik–baik dan sebagian dari apa yang kamikeluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk–buruk lalu kamu nafkahkan darinya padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (DepartemenAgama RI, 2004:46)
Menurut Thorik G. dan Utus H. (2006:77) pentingnya memberikan pelayanan yang berkualitas disebabkan pelayanan (service) tidak hanya sebatas mengantarkan atau melayani. Untuk itu pelayanan public jika dikaitkan dengan ilmu baru hikmatologi sangatlah tepat kkarena bisa menjaikan tolak ukur dalam pelayanan, bisa mengkontol dan mengawasi demi berjalanya suatu pelayanan yang memuaskan alam segi islam.


Daftar pustaka
Kridhawati sadhana (2009: 133)1 Etika Birokrasi dalam Pelayanan Publik .cv citra, Malang
Sedarmayanti (2013:96 )2 Reformasi Administrasi Publik, Ferormasi Birokrasi dan Kepemimpinan Masa Depan(Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan yang Baik). Refika Aditama, Bandung
Kridhawati sadhana (2009:140 )3Etika Birokrasi dalam Pelayanan Publik .cv citra, Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar