Senin, 02 November 2015

HIMATOLOGI PELAYANAN PUBLIK




HIKMATOLOGI PELAYANAN PUBLIK DALAM ISLAM
Penerapan syariat Islam saat ini diharapkan bisa menjadi budaya secara menyeluruh dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat dan pelayanan pemerintahan yang sesuai dengan ajaran syariat itu sendiri. Sementara yang baru terlihat selama ini, syariat Islam masih pada tataran struktural ‎berupa aturan  normative saja. Dengan berjalannya penerapan syariat Islam, kita berharap tidak hanya struktural dalam bentuk aturan hukum saja, tapi juga menjadi budaya masyarakat dan pemerintahan kita.  Syariat Islam yang struktural itu normatif yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum syariat yang ada di ajaran Islam, sedangkan Islam kultural yang menjadi budaya Islami merupakan bentuk aplikatif implementasi syariat itu sendiri dengan realita yang ada pada praktek di lapangan atau di masyarakat sesuai isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.‎
Dengan terwujudnya syariat Islam, maka segala bentuk hubungan hablum minannas (sesama manusia) dalam kehidupan sehari-hari umat Islam menjadi nilai-nilai ibadah di dalamnya. Misalnya, dalam hal pelayanan publik oleh pemerintah kepada masyarakat merupakan bagian dari ibadah.  Karenanya, siapa saja yang ditugaskan melayani publik di pemerintahan tapi tidak melayaninya dengan baik sesuai ajaran syariat Islam, maka itu akan menjadi dosa, sehingga bau surga saja dia tidak dapat‎ di akhirat kelak.
Jika implementasi syariat Islam sudah berjalan, maka berbagai perbuatan menyimpang seperti patologi organisasi, korupsi, sogok menyogok, tidak baiknya pelayanan birokrasi, perbuatan mendhalimi dan enghina orang lain, serta berbagai tindakan lainnya yang tidak sesuai dengan ajaran syariat Islam, akan hilang dengan sendirinya di tengah-tengah umat Islam.
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberi pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. (Sadhana:2010)1. Pelayanan public bukan hanya merupakan persoalan administratif  saja tetapi lebih tinngi dari itu yaitu pemenuhan keinginan dari publik. Oleh karena itu diperlukan kesiapan bagi administrator pelayan public agar dapat dicapai kualitas pelayanan yang baik, efektif dan efisien.
Pelayanan publik jika dikaitkan dengan filsafat  hikmatologi yang didalamnya berisi 7  kandungan yaitu  diantaranya imanial, spiritual, intelektual, mental, fisikal, social, environmental.  Dalam hal ini akan dibahas satu persatu tentang pelayanan publik dalam islam jika dikaitkan dengan hikmatologi yaitu sebagai berikut:
1.      Imanial
Konsep Islam mengajarkan bahwa dalam memberikan layanan dari usaha yang dijalankan baik itu berupa barang atau jasa jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas, melainkan yang berkualitas kepada orang lain. Hal ini tampak dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 267, yang menyatakan bahwa: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan darinya padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Bagaimana seorang pelayan public bisa memberi pelayanan terhadap masyarakat sepenuh hati sesuai SOP yang telah ditentukan, sebagai pelayan public harus mempunyai iman yang kuat, bagaima pelayan publik harus mempunyai jiwa yang adil,  jujur, akuntabel, transparan semua itu kunci dari keberhasilan pelayanan agar (IKM) indeks kepuasan masyarakat terpenuhi.
2.      Spiritual
Islam adalah agama yang paling lengkap, maksudnya Islam mengurus semua hal dalam kehidupan manusia di berbagai bidang, baik urusan ritual dan urusan dunia seperti ekonomi, politik, hukum, semua aspek kehidupan manusia diatur. Seperti halnya tentang pelayanan public, dalam islam bagaimana pentingnya memberikan pelayanan yang berkualitas disebabkan pelayanan (service) tidak hanya sebatas mengantarkan atau melayani. Service berarti mengerti, memahami, dan merasakan sehingga penyampaiannyapun akan mengenai sasaran kepeda masyarakat yang dilayani.  
Dimensi reliable (kehandalan) yang berkenaan dengan kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan secara terpercaya dan akurat. Pelayanan akan dapat dikatakan reliabel apabila dalam perjanjian yang telah diungkapkan dicapai secara akurat. Ketepatan dan keakuratan inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap lembaga penyedia layanan jasa. Dalam konteks ini, Allah juga menghendaki setiap umatNya untuk menepati janji yang telah dibuat dan dinyatakan sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 91: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah sumpah itu), sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”.
3.      Intelektual
      Sebagai pelayan public dituntut profesionalisme yaitu pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Ukuran profesionalisme adalah kompetensi, efektifitas dan efisiensi serta bertanggung jawab.( Sedarmayanti :2013)2  
            Seorang pelayan public harus berfikir kritis untuk itu sebagai pelayan public harus mempunyai  SDM yang berkualitas, profesionalisme sehingga dalam memberi pelayanan bisa sefektif an seefisien mungkin.
      Dimensi responsiveness (daya tanggap) berkenaan dengan kesediaan atau kemauan pegawai dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen. Kecepatan dan ketepatan pelayanan berkenaan dengan profesionalitas. Dalam arti seorang pegawai yang profesional dirinya akan dapat memberikan pelayanan secara tepat dan cepat. Profesionalitas ini yang ditunjukkan melalui kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, seorang dikatakan profesional apabila dirinya bekerja sesuai dengan keahlian atau kemampuannya. Pekerjaan akan dapat dilakukan dan diselesaikan dengan baik secara cepat dan tepat apabila dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang pekerjaannya. Kepercayaan yang diberikan konsumen merupakan suatu amanat. Apabila amanat tersebut disia-siakan akan berdampak pada ketidakberhasilan dan kehancuran lembaga dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Untuk itu kepercayaan konsumen sebagai suatu amanat hendaknya tidak disia-siakan dengan memberikan pelayanan secara profesional melalui pegawai yang bekerja sesuai dengan bidangnya dan mengerjakan pekerjaannya secara cepat dan tepat, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Bukhari, yaitu: “apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya, berkata seseorang: bagaimana caranya menyia-nyiakan amanat ya Rasulullah? Berkata Nabi: apabila diserahkan sesuatu pekerjaan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”.
4.      Mental
Dimensi assurance (jaminan) berkenaan dengan pengetahuan atau wawasan, kesopanan, santun, kepercayaan diri dari pemberi layanan, serta respek terhadap konsumen. Apabila pemberi layanan menunjukkan sikap respek, sopan santun dan kelemahlembutan maka akan meningkatkan persepsi positif dan nilai bagi konsumen terhadap lembaga penyedia jasa. Assurance ini akan meningkatkan kepercayaan, rasa aman, bebas dari resiko atau bahaya, sehingga membuat konsumen merasakan kepuasan dan akan loyal terhadap lembaga penyedia layanan. Baik buruknya layanan yang diberikan akan menentukan keberhasilan lembaga atau perusahaan pemberi jasa layanan. Dengan memberian pelayanan yang menunjukkan kesopanan dan kelemahlembutan akan menjadi jaminan rasa aman bagi konsumen dan yang berdampak pada kesuksesan lembaga penyedia layanan jasa. Berkenaan dengan hal ini, Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 159 menyatakan bahwa: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah mapun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesuangguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”.
Dimensi empathy (empati) berkenaan dengan kemauan pegawai untuk peduli dan memberi perhatian secara individu kepada konsumen. Kemauan ini yang ditunjukkan melalui hubungan, komunikasi, memahami dan perhatian terhadap kebutuhan serta keluhan konsumen. Perwujudan dari sikap empati ini akan membuat konsumen merasa kebutuhannya terpuaskan karena dirinya dilayani dengan baik. Sikap empati pegawai ini ditunjukkan melalui pemberian layanan informasi dan keluhan konsumen, melayani transaksi konsumen dengan senang hati, membantu konsumen ketika dirinya mengalami kesulitan dalam bertransaksi atau hal lainnya berkenaan dengajn pelayanan lembaga. Kediaan memberikan perhatian dan membantu akan meningkatkan persepsi dan sikap positif konsumen terhadap layanan lembaga. Hal ini yang akan mendatangkan kesukaan, kepuasan dan meningkatkan loyalitas konsumen. Berkenaan dengan empati, dalam Rasullulah saw yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim, menyatakan: “Abu Musa al-Asy’ary ra. Berkata: bersabda Nabi saw, “seorang muslim yang menjadi bendahara (kasir) yang amanat, yang melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepadanya dengan sempurna dan suka hati, memberikannya kepada siapa yang diperintahkan memberikannya, maka bendahara itu termasuk salah seorang yang mendapat pahala bersedekah”.
5.      fisikal
Dimensi tangibles (bukti fisik) dapat berupa fasilitas fisik seperti gedung, ruangan yang nyaman, dan sarana prasarana lainnya.  Dalam konsep Islam pelayanan yang berkenaan dengan tampilan fisik hendaknya tidak menunjukkan kemewahan . Fasilitas yang membuat konsumen merasa nyaman memang penting, namun bukanlah fasilitas yang menonjolkan kemewahan. Pernyataan ini sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an surat At-Takaatsur ayat 1-5, yaitu:“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu,jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”.
Kenyaman lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti tempat parker, toilet, tempat ibadah dan lain- lain. (Sadhana: 2010)3  
6.      Sosial
Pelayanan public juga mempunyai fungsi social dimana dalam pelayanan tidak hanya melayani masyarakat di tepat (kantor), melainkan bisa juga turun serta kelapangan mengetahui kondisi masyarakat, kebutuhan apa yang kiranya yang dibutuhkan masyarakat. Emphaty yaitu perhatian perorangan pada pelanggan.
Pelayan public seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan itu semua pelayanan yang besifat social, untuk itu pemerintah harus berupaya untuk melayani masyarakat sesuai yang mereka butuhkan.masyarakat akan sejahtera jika dalam pelayanan ang diberikan oleh pemerinahbisa diasakan sesuai  Indek kepuasan masyarakat itu sendiri.
7.      Environminta
Kondisi lingkungan dalam lingkup pelayanan harus benar- benar diperhatikan, demi kenyamanan dalam  pelayanan, rasa aman, kenyamanan sangat penting. Bagaimana upaya pihak pemberi jasa dapat memberikan pelayanan yang baik untuk memenuhi kualitas pelayanan yang prima.
Dari segi aparatur yang disiplin, taat dalam aturan, pelayanan yang sesuai SOP, dan bagaimana pemberi pelayanan bisa bersikap rama, lemat lembut, dan sepenuh hati dalam memberikan pelayanan. Suasana seperti itu sangat perlu diterapakan didalam lingkungan pelayanan public, untuk menciptakan pelayanan yang efektif da efisien.

Kesimpulan
Berdasarkan teori-teori yang telah diungkapkan, maka disimpulkan bahwa pelayanan public dalam islam yang  diutamakan yaitu kualitas pelayanan yaitu suatu penilaian konsumen tentang kesesuaian tingkat pelayanan yang diberikan dengan tingkat pelayanan yang diharapkannya. Kualitas pelayanan ini diukur dengan lima dimensi, yaitu: 1) Reliability (Kehandalan), 2) Responsiveness (Daya Tanggap), 3) Assurance (Keyakinan), 4) Emphaty (Empati) dan 5) Tangibles (Bukti Fisik).
Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa barang maupun pelayanan/jasa hendaknya memberikan yang berkualitas,jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas kepada orang lain.Seperti dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 267: yang Artinya:

Hai orang–orang yang beriman,nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagiandari hasil usahamu yang baik–baik dan sebagian dari apa yang kamikeluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang buruk–buruk lalu kamu nafkahkan darinya padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (DepartemenAgama RI, 2004:46)
Menurut Thorik G. dan Utus H. (2006:77) pentingnya memberikan pelayanan yang berkualitas disebabkan pelayanan (service) tidak hanya sebatas mengantarkan atau melayani. Untuk itu pelayanan public jika dikaitkan dengan ilmu baru hikmatologi sangatlah tepat kkarena bisa menjaikan tolak ukur dalam pelayanan, bisa mengkontol dan mengawasi demi berjalanya suatu pelayanan yang memuaskan alam segi islam.


Daftar pustaka
Kridhawati sadhana (2009: 133)1 Etika Birokrasi dalam Pelayanan Publik .cv citra, Malang
Sedarmayanti (2013:96 )2 Reformasi Administrasi Publik, Ferormasi Birokrasi dan Kepemimpinan Masa Depan(Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan yang Baik). Refika Aditama, Bandung
Kridhawati sadhana (2009:140 )3Etika Birokrasi dalam Pelayanan Publik .cv citra, Malang

SELAMATKAN INDONESIA




(AGENDA MENDESAK BANGSA)
Diresum dari karya Amin Raiz

Indonesia telah merdeka dari penjajah pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi dalam membangun Indonesia seolah kemerdekaan itu tidak ada. Hal ini dikarenakan Indonesia seolah mengulang sejarah, Indonesia menjadi wilayah yang kembali terjajah dengan nama “korporatorkasi”. Korporatokrasi dipegang oleh para negara-negara maju terutama Amerika Serikat, dengan ideologinya yaitu mengakumulasi modal sebanyak-banyaknya untuk memperoleh keuntungan setinggi-tingginya agar bisa menguasai dunia. Korporatokrasi berjalan lancar dengan membonceng adanya arus globalisasi.
Selamatkan Indonesia, Noam Chomsky mengingatkan : globalisasi yang tidak memprioritaskan hak- hak rakyat, globalisasi semacam itu didasarkan atas kosentrasi kekuasaan gabungan antara Negara dan swasta yang secara umum tidak brtanggungjawab terhadap public kebanyakan kejahatan dalam melanggar HAM yang merusak lingkungan dan menguras kekayaan alam Negara- Negara / asset Negara. Indonesia perlu agenda baru yang di usulkan Stiglitz yaitu semacam agenda mendesak yakni melakukan negoisasi ulang terhadap seluruh kontrak karya pertambangan yang intinya merugikan Indonesia sendiri dan memberikan keuntungan pada korporasi asing. Jika pemerintah berani yaitu berani menegosiasi ulang kontrak karya pertambangan yang merugikan rakyat, Indonesia akan memperoleh keuntungan jauh lebih besar dibandingkan yang diperoleh para investor asing.
Pemikiran Amerika Serikat yang berambisi untuk menjadi Wolrd Leader menjadikan bangsa-bangsa berkembang sebagai tools of US Imperialims dengan mendeklarasikan sebuah “PAX Americana”, tak terkecuali bangsa Indonesia. Konkrit dari Indonesia yang masih mempunyai sikap Inlander ini semakin bangkrut misalnya dengan adanya kelimpangan utang pada IMF,WTO&Bank World (padahal ketiga badan ini dibentuk oleh Eropa dan Amerika). Selain itu, mudahnya Indonesia mengikuti perjanjian kontrak yang merugikan seperti penambangan Freeport papua, Exxon mobil dan Chevron yang mengelola perminyakan yang harusnya dikelola Pertamina, 50% perbankan nasional dipegang asing, telekomunikasi dan industri otomotif yang sahamnya diambil alih oleh asing, serta masih banyak lagi. Lebih parahnya, Indonesia yang diam saja ketika illegal loging, pencurian pasir, budaya dan pulau-pulau negara ini yang di klaim oleh negara-negara tetangga.
Korporatokrasi yang dinanungi oleh korporasi besar ini semakin menguat dengan adanya bantuan Pemerintah negara berkembang yang tunduk secara sukarela pada negara maju karena candu utang, pertahanan dari military industrial complex, media massa yang ditekan oleh pihak korporasi, dan Intelektual Pengabdi kekuasaan. Sebenarnya Indonesia juga termasuk korporasi, hal ini dikaitkan dengan para koruptor oleh elite nasional. Ketika utang menjadi solusi utama, justru utang tersebut diselewengkan, serta ketika sumber daya dicuri justru elit nasional ini mendapatkan untung karena memberikan izin secara illegal dari makelar asing.
Sadar atau tidak, dunia ini dijalankan oleh Uang (kekuasaan perekonomian) yang menjadikan manusia tidak beradab dan bersifat dzalim. Perpecahan Indonesia semakin riil, kala negara dipimpin oleh korporatokrat dan konglomerat. Beberapa saran agar bangsa ini dapat terselamatkan antara lain secepat mungkin mempersiapkan pemimpin yang mempunyai mentalitas yang bebas, mandiri dan tegas ; kerjasama dengan bangsa lain atas dasar saling menguntungkan ; penyadaran akan State Capture Corruption ; sangat dibutuhkannya ekonom yang tangguh untuk Komisi Pembrantasan Korupsi ; Kontrak kerja dibidang migas&non migas harus dipelajari dan ditelaah secara jujur ; kepentingan korporasi asing tidak boleh mengungguli kepentingan nasional ; pembentukan arbitrase nasional khusus menyelesaikan konflik kepentingan nasional dan pihak asing ; menghilangkan penyakit debt-addict : dibutuhkan kecakapan dan ketrampilan anak bangsa dalam membentuk blue print perekonomian bangsa dimasa depan dan media massa sebagai the fourth estate

PERILAKU ORGANISASI PUBLIK



RESUM
PERILAKU ORGANISASI PUBLIK
Masalah organisasi publik
Paradigma saat ini tentang organisasi banyak terjadi penyimpangan perilaku organisasi yang mengakibatkan sering terjadinya konflik, hal itu diakibatkan karena tidak adanya kepemimpinan dengan pendekatan “SMART’, selain itu juga dari budaya organisasi yang pola teladan kepercayaan nilai- nilai dan harapan yang tidak sesuai. Konflik organisasi karena ketidak sesuaian  antara dua atau lebih anggota-anggota organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya- sumber daya yang terbatas atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan: Status, Tujuan,  Nilai,  Persepsi, perbedaan pendapat dll. Sehingga timbulah suatu konflik yang berujung stress. Paradigma bounded rationality cenderung rasional yang dibatasi sehingga munculah suatu konflik.
Hakekat perilaku organisasi  sebagai wadah ,isi dan proses artinya   sebagai wadah di mana kegiatan manejemen dijalankan sedangkan  sebagai proses yaitu di mana terjadi interaksi antar orang- orang yang menjadi anggota organisasi yang bersangkutan. Perilaku organisasi merupakan cara berfikir, perilaku adalah efektifitas yang ada pada kelompok dan tingkat organisasi. Untuk itu bagaimana upaya pemimpin bisa mengatasi konflik tersebut dengan value konflik yang positif dan tidak mengakibatkan stress terhadap anggotanya. Untuk itu sangat penting SMART Leadership dalam suatu organisasi untuk control / pengawasan terhadap organisasi sehingga bisa mencegah timbulnya stress, dalam sebuah organisasi. Efektifitas sebuah organisasi jika kondisi dan karakter setiap individu yang terlibat didalamnya pola piker, perilaku pelaku aktif.

Etimologi
Secara etimologi  perilaku merupakan bentuk aktivitas yang dilakukan , sedangkan organisasi yaitu sekumpulan satu orang atau lebih yang bekrjasama untuk mencapai tujuan.
Hakekat organisasi yaitu sebagai wadah , sebagai isi atau proses, efektifitas sebuah organisasi dimana kondisi dan karakter setiap individu yang terlibat didalamnya pola pikir, perilaku, pelaku aktif.
Azas organisasi menurut James D. Monay ada dua yaitu:
1.       azas koordinasi : hubungan, aksi, interaksi
2.      Azas hirarki : tingkatan

Perilaku Publik
Pengertian perilaku organisasi untuk multi disiplin dapat digambarkan dalam beberapa hal, yaitu:
1.       Perilaku organisasi adalah cara berfikir, perilaku adalah aktivitas yang ada pada diri individu, kelompok, dan tingkat organisasi;
2.       Perilaku organisasi adalah multi disiplin yang mencakup teori, metode dan prinsip-2 dari berbagai disiplin ilmu;
3.       Dalam perilaku organisasi terdapat suatu orientasi kepamunisaan, di mana terdapat perilaku, persepsi perasaan, dan kapasitas pembelajar;
4.       Perilaku organisasi berorientasi pada kinerja, tujuan organisasi adalah meningkatkan produktivitas, bagaimana perilaku organisasi ini dapat mencapai tujuan tersebut;
5.       Lingkungan eksternal sangat memberikan pengaruh terhadap perilaku organisasi;
6.       Untuk mempelajari perilaku organisasi ini perlu menggunakan metode ilmiah, karena bidang perilaku organisasi ini sangat tergantung dari disiplin ilmu yang meliputinya.
Sumber:
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawali Pers, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
Perilaku orgaisasi adalah bidang dtudi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi ,yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna meningkatkan keefektifan suatu organisasi.
Sumber:
Sthepen P. Robbins dan Timothy A. Judge , perilaku organisasi,  PT.salemba empat, 2008
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku organisasi adalah cara berfikir, perilaku dalam aktivitas yang ada pada diri individu, kelompok, dan tingkat organisasi untuk meningkatkan keefektifan suatu organisasi .
Konflik
Pada hakekatnya konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistic antara dua atau lebih pihak.
Konflik organisasi (organizational conflict) adalah ketidak sesuaian  antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-2 organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya- sumber daya yang terbatas atau kegiatan-2 kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan: status, tujuan, nilai dan prespsi.
Dari pegertian diatas dapat disimpulkan bahwa konflik yaitu suatu pertentangan dalam hubungan manusia yang terjadi disuatu organisasi karena adanya peredan presepsi, nilai antara pihak 1 dan pihak lainya.
Sumber:
T. Hani Handoko, Manajemen edisi 2,  BPFE- Yogyakarta, 2012 (hal. 346)

Budaya Organisasi
Budaya organisasi yaitu apa yang karyawan rasakan dan bagaimana pesepsi ini menciptakan sesuatu pola teladan kepercayaan ni;ai- nilai dan harapan
Kajian budaya dalam bidang studi organisasi bermula ketika terjadi perubahan paradigma dalam cara memandang organisasi yakni ketika organisasi tidak lagi dipandang semata-mata sebagai instrument membantu manusia memenuhi kebutuhan-2 nya, tetapi organisasi dipandang seolah-olah sebagai makhluk hidup (living systems) dan sebagai sebuah masyarakat di mana aspek kehidupan organisasi dan lingkungannya lebih mendapat perhatian ketimbang menempatkan organisasi sekedar sebagai alat;
Keharusan beradaptasi dengan lingkungan secara tidak langsung menunjukkan bahwa organisasi sesungguhnya tidak berada pada ruang isolasi yang terpisah dari lingkungannya; Organisasi juga dianggap tidak statis, sebaliknya organisasi merupakan bagian integral dari sebuah system yang lebih besar yang secara dinamik selalu mengalami perubahan; Semakin lingkungan berubah semakin organisasi dituntut untuk menyesuaikannya; Sebagai makhluk hidup, selain dituntut untuk memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan eksternal, kehidupan internal organisasi juga dianalisis dan dipahami dengan cara berbeda; Sebagai contoh, sekumpulan orang yang menjadi anggota organisasi bukan sekedar kumpulan orang-2 yang bekerja untuk organisasi bukan sekedar kumpulan orang-2 yang bekerja untuk organisasi dan semuanya berfikiran rasional melainkan mereka adalah sebuah masyarakat dengan segala atributnya;
Layaknya sebuah masyarakat dengan demikian hal-2 berikut mungkin saja terjadi dalam sebuah organisasi;
1.       Keanggotaan sebuah organisasi umumnya berasal dari individu-2 yang berbeda latar belakang, tata nilai dan budaya;
Bahkan tujuan masing-2 ketika bergabung dengan organisasi juga bisa berbeda;
Itulah sebabnya organisasi harus bisa memenuhi kebutuhan setiap individu yang terlibat dalam organisasi agar pada saat yang sama mereka mau membantu organisasi mencapai tujuan-2 nya;
2.       Keberadaan masing-2 anggota organisasi bisa dikatakan tidak bebas nilai karena sebelumnya bergabung dengan organisasi mereka telah memiliki tata nilai dan budaya yang diadopsi dari tata nilai dan budaya masyarakat di luar organisasi;
Organisasi dengan demikian merupakan bertemunya berbagai macam tata nilai dan budaya yang bahkan memungkinkan terciptanya tata nilai dan budaya baru;
3.       Sebagai sebuah masyarakat maka di dalam organisasi terjadi interaksi social antar para anggotanya;
Akibatnya hubungan di antara mereka juga bukan hannya hubungan formal, lebih dari itu terkadang lebih bersifat informal, emosional dan cultural;
Oleh karenanya para pengelola organisasi diharapkan bisa member perhatian yang seimbang terhadap kedua aspek tersebut yakni aspek formal dan informal;
Dari pengertian diatas dapat disimpilkan bahwa budaya organisasi adalah dalam suatu lingkungan organisasi harus bisa berdaptasi dan berinteraksi sesama anggota organisasi lainya, saling mengenal dan menghargai adalah kunci keberhasilan dalam budaya organisasi.

Sumber:
Achmad Sobirin, 2009,    Budaya Organisasi, Pengertian, makna dan aplikasinya dalam kehiduoan organisasi, Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta

Manajemen stres
Stres didefinisikan sebagai respons adaptif terhadap situasi ekternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi.
Penting juga untuk menunjukkan bahwa:
1.       Stres bukan hannya masalah kecemasan;
Pada dasarnya, kecemasan terjadi dalam lingkup emosional dan psikologis, sementara stres terjadi dalam lingkup emosional, psikologis, dan juga fisik.
2.       Stres bukan hanya ketegangan saraf;
Seperti kecemasan, ketegangan saraf mungkin dihasilkan oleh stres, tetapi keduanya tidak sama. Orang yang pingsan menunjukkan stres, dan beberapa orang “mengendalikannya” serta tidak menunjukkannya nelalui ketegangan saraf;

3.       Stres bukan sesuatu yang selalu merusak, buruk, atau dihindari; stres tidak merusak atau buruk. Tetapi sebaliknya, merupakan sesuatu yang perlu dicari, bukannya dihindari. Tentu saja kuncinya adalah bagaimana manusia menangani stres. Stres tidak dapat dielakkan; Stres dapat dicegah atau dikontrol secara efektif.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai respons adaptif terhadap situasi ekternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi, biasanya dipengaruhi adanya masalah dan dilnadasi dengan emosi yang tinggi sehingga saraf tidak mampu mengendalikan sehingga mengakibatkan stress.

Sumber:
Fred Luthans, 2006, Organizational Behavior, Penerbit Andi, Yogyakarta.