PENGARUH
REFORMASI BIROKRASI TERHADAP PENGEMBANGAN KUALITAS SDM APARATUR
Diajukan
untuk memenuhui tugas mata kuliah: Analisis & Reformasi Adm.Negara
![]() |
DWI OKNAWATI
DWI OKNAWATI
2012210020
ILMU
ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Alkhamdulilah,Dengan memenjatkan puji syukur kepeda Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, walaupun kurang dari kata sempurna.Makalah ini merupakan tugas mata
Analisis& Reformasi Adm. Negara dengan judul””, yang dibimbing oleh Bapak Turusman
Situmeang. Drs.,Msi
Tujuan dari penulisan
makalah ini tidak lain untuk memberikan gambaran atau menambah pengetahuan
kepada pembacatentang.... Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini
tidak lain berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan juga tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, khususnya kerjasama dari teman-teman kelompok yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pemkirannya yang telah diberikan, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dan membimbing penulis dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam proses penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya. Namun demikian, penulis sudah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini. Oleh karenanya, penulis dengan senang hati akan menerima segala masukan,
saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk menyempurnakannya.Semoga
makalah ini dapat memberikan kemanfaatan yang besar kepada siapa saja yang
membacanya, terima kasih.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
Malang, 09 April 2014
Penulis,
Dwi Oknawati
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara umum di era reformasi saat
ini kinerja pelayanan public di Indonesia yang buruk sudah berjalan lama dan menjadi rahasia umum. pelayanan publik yang
optimal di Indonesia hanya sebatas diwacanakan elite politik. Birokrasi kita
memang mengidap penyakit mental yang korup dan masih didominasi birokrat
bermental raja. Tipikal birokrat ini selalu memposisikan dirinya sebagai orang
yang harus mendapatkan pelayanan dari para abdinya (masyarakat). Keinginan
membalik paradigma birokrasi dari dilayani menjadi melayani masih sangat sulit,
karena permasalahan ini sudah menjadi budaya di Indonesia. Oleh karena itu aparatur birokrasi semakin perlu untuk mengembangkan
dirinya, meningkatkan dirinya agar lebih siap untuk menghadapi perubahan, baik
aparatur birokrasi pemerintah maupun birokrasi di birokrasi non pemerintah
(baik yang bersifat sosial maupun yang bersifat bisnis). Bahasan dalam makalah
ini lebih menekankan pada SDM aparatur. Alasan penekanan pada aspek SDM
aparatur karena aparatur birokrasi sangat sentral perannya di dalam menggerakan
roda pembangunan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana reformasi birokrasi di
Indonesia saat ini?
2.
Bagaimana konsep pengembangan
kualitas SDM aparatur di Indonesia?
3.
Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi
reformasi birokrasi terhadap pengembangan kualitas SDM aparatur Indonesia?
1.3 TUJUAN MASALAH
1.
Mengetahui reformasi birokrasi di
Indonesia saat ini
2.
Mengetahui konsep pengembangan kualitas
SDM aparatur di Indonesia
3.
Mengetahui Faktor- faktor yang
mempengaruhi reformasi birokrasi terhadap pengembangan kualitas SDM aparatur
Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Reformasi Birokrasi di Indonesia
Reformasi Birokrasi merupakan cara
pemerintan untuk mewujudkan good governance. Reformasi birokrasi dapat menjadi
permulaan sebuah negara untuk maju. Dengan penataan(reform) sistem
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih efektif dan efisien, diharapkan
terwujud penyelenggaraan pemerintahan yang berdampak terhadap pelayanan
terhadap masyarakat secara tepat, cepat, dan profesional.
Anggapan masyarakat tentang
birokrasi selama ini adalah sama dengan pemerintah, birokrasi lebih berpihak
kepada penguasa dan kepentingan-kepentingan politis bukan lebih memperhatikan,
dan melayani, serta berpihak kepada rakyat padalah birokrasi adalah alat negara
yang memiliki ruang dan peraturan sendiri. Reformasi birokrasi dimulai dari lingkungan kementerian dan
lembaga. Semakin banyak kementerian dan lembaga yang melakukan reformasi
birokrasi maka semakin cepat negara mencapai tujuan pembangunan serta tercipta
good governance. Pembaharuan dan perubahan yang harus dilakukan antara lain
organisasi, proses bisnis, dan sumber daya manusia dalam sistem penyelenggaraan
pemerintahan. Yang sangat diperhatikan dalam reformasi birokrasi adalah
rasionalisasi birokrasi yang mewujudkan efektifitas, efisiensi, dan
produktifitas melalui pembagian kerja yang bersifat hirarki dan horizontal yang
seimbang, diukur dengan perbandingan volume beban tugas dengan jumlah sumber
daya disertai tata kerja formalistik dan pengawasan yang ketat. Perubahan dan
pembaharuan di bidang organisasi dilakukan dengan penataan kembali misi, visi,
sasaran, program, agenda kebijakan, dan kinerja kegiatan menjadi lebih
terencana, bertanggungjawab, terbuka, dan aksesif. Proses bisnis dalam
birokrasi ditata sehingga lebih sederhana dan mudah serta menghasilkan
pelayanan yang prima. Perhatian juga harus diberikan kepada sumber daya manusia
yang menjalankan tugas agar mereka semakin profesional dalam memberikan
pelayanan dan menjalankan tugas masing-masing.
Dengan reformasi birokrasi maka terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntable dan memiliki kredibilitas serta berkembangnya budaya dan perilaku birokrasi yang didasari oleh etika, pelayanan dan pertanggungjawaban public serta integritas pengabdian dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara akan terwujud.
Dengan reformasi birokrasi maka terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan, partisipatif, akuntable dan memiliki kredibilitas serta berkembangnya budaya dan perilaku birokrasi yang didasari oleh etika, pelayanan dan pertanggungjawaban public serta integritas pengabdian dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara akan terwujud.
2.2 Konsep Pengembangan Kualitas SDM
Aparatur
Pengembangan kompetensi aparatur pada ketiga aspek
besar human capital (kapital manusia) tidak bisa dipisah-pisahkan ketiga hal
tersebut harus dilakukan secara bersama-sama secara kontinu yaitu:
1.
Intelektual Kapital
Kapital intelektual adalah perangkat yang diperlukan
untuk menemukan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar
yang mengatakan bahwa kapital intelektual sangat besar perananya di dalam
menambah nilai suatu kegiatan. Berbagai organisasi yang unggul dan meraih
banyak prestasi adalah organisasi yang terus menerus mengembangkan sumber
dayanya. Manusia harus memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola
perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dll)
yang sangat tinggi kecepatanya. Mereka yang tidak beradaptasi pada peruubahan
yang super cepat ini akan dilanda kesulitan.
Pada saat ini manusia, organisasi atau negara tidak
lagi berlayar di sungai yang tenang yang segala sesuatunya bisa diprediksi dengan
tepat. Kini sungai yang dilayari adalah sebuah arung jeram yang tidak jelas
kepatian jalanya perahu semakin tidak bisa diprediksi karena begitu banyaknya
rintangan yang tidak terduga. Dalam kondisi yang ditandai oleh perubahan yang
super cepat manusia harus terus memperluas dan mempertajam pengetahuanya dan
mengembangkan kreatifitas untuk berinovasi. Pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi, S-1, S-2 dan S-3 perlu semakin digalakkan pada aparatur pemerintah.
Sejauh ini kebutuhan akan aparatur pemerintah yang berpendidikan tinggi di
ambil dari Universitas. Akibatnya pemanfaatan di Birokrasi dan Universitas
menjadi kurang dan memberikan sinergi yang negatif. Mutu Universitas jadi turun
karena dosen sibuk jadi pejabat. Demikian pula dengan mutu birokrasinya pekerjaan
sering ditinggalkan karena pergi mengajar. (Tentu saja kondisi ini tidak mudah
mengatasinya karena gaji PNS sangat rendah sehingga dosen harus mencari jalan
untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dengan menjadi pejabat atau menjadi
pengusaha/konsultan). Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di dalam
birokrasi sendiri pendidikan penjenjangan haruslah tetap dilakukan sebagai
salah satu syarat dalam menduduki jabatan. Selain itu pengembangan kapital
intelektual tidak selalu harus melalui pendidikan formal. Wawasan intelektual
juga dapat dipupuk melalui seminar ilmiah di bidang profesi, mewajibkan
aparatur untuk menulis makalah dan mengirimkannya ke penerbitan jurnal atau
panitia seminar. Mengundang pakar birokrasi atau bidang lainnya yang terkait
untuk memberikan ceramah di bidang perkembangan terakhir dunia birokrasi. Cara
yang lain adalah membangun masyarakat pengetahuan (knowledge society) di dalam
birokrasi pemerintah di mana sharing (saling berbagi) pengetahuan sangat
dikembang dengan menyediakan perangkat teknologi pengembangan pengetahuan
(information technology, multi-media, fasilitas internet)
2.
Kapital Sosial
Organisasi
birokrasi adalah institusi yang merupakan kumpulan orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan organisasi. Efektivitas kerja aparatur sangat tergantung
kemampuan membangun kerjasa ini. Intelektual kapital baru akan tumbuh bila
masing-masing orang berbagi wawasan. Untuk dapat berbagi wawasan orang harus
membangun jaringan hubungan sosial dengan orang lainnya. Kemampuan membangun jaringan
sosial inilah yang disebut dengan kapital sosial. Semakin luas pegaulan
seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial (social networking) semakin
tinggi nilai seseorang. Kapital Sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan
untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan (diversity).
Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya
kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda, dan
menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan
kebaikan buat semua. Dalam ajaran Islam setiap manusia diminta membangun
silaturahmi. Karena silaturahmi akan memberikan kebaikan. Ide kreatif
seringkali muncul melalui diskusi. Demikian pula peluang bisnis seringkali
terbuka karena adanya jaringan hubungan silaturahmi. Proses pendidikan SDM masa
depan harus lebih banyak berisi komponen membangun kapital sosial ini. Beberapa
tahun terakhir ini makin banyak pembicaraan tentang pentingnya peranan
inteligensi emosional (emotional intelligence) di dalam menunjang kesuksesan
hidup manusia (Goleman, 1996). Upaya untuk menumbuhkan kapital sosial banyak
ditempuh melalui paket pelatihan inteligensi emosional, paket pelatihan Seven
Habits of Highly Effective People. Saya rasa sudah saatnya lembaga birokrasi
pemerintah mewajibkan aparaturnya untuk mengikuti paket pengembangan
kepribadian seperti itu. Karena sifatnya sangat praktis dan segera terasa
manfaatnya. Selain itu pelatihan team building melalui pendekatan pelatihan
outdoor management training. Pelatihan dengan pengalaman langsung (experiential
learning) di alam teruka menjadi semakin diperlukan. Mohon diperhatikan ini
bukan pelatihan ‘kesamaptaan’ yang dilakukan oleh militer. Pelatihan
kesamaptaan yang dilakukan selama ini menurut saya akan ikut membuat aparatur
kaku dan tidak ramah dengan masyarakat. Pelatihan demikian harus ditingglakn
dan diganti dengan pelatihan outbound yang diusulkan di atas. Pelatihan model
ini akan memudahkan untuk memahami betapa pentingnya kehadiran orang lain bagi
kesuksesan bersama sebagai bangsa.
Pelatihan lain yang sangat diperlukan adalah pelayanan prima (service excellence). Aparatur pemerintah adalah pelayan masyatakat bukan penindas masyarakat seperti zaman orde baru, Oleh karena itu mereka memerlukan kemampuan melayanani orang lain dengan baik.
Pelatihan lain yang sangat diperlukan adalah pelayanan prima (service excellence). Aparatur pemerintah adalah pelayan masyatakat bukan penindas masyarakat seperti zaman orde baru, Oleh karena itu mereka memerlukan kemampuan melayanani orang lain dengan baik.
3.
Kapital Lembut
Kapital lembut
di sebut dengan”soft capital” adalah kapital yang diperlukan untuk menumbuhkan
kapital sosial dan kapital intelektual. Hancurnya bangsa ini karena tidak
adanya sifat amanah, sifat jujur, beretika yang baik, bisa dipercaya dan
percaya pada orang lain (trust), mampu menahan emosi, disiplin, pemaaf,
penyabar, ikhlas, dan selalu ingin menyenangkan orang lain. Sifat yang demikian
ini sangat diperlukan bagi upaya untuk membangun masyarakat yang beradap dan
berkinerja tinggi. Kini semakin banyak organisasi bisnis yang menggunakan
pendekatan agama di dalam membangun kualitas kerja karyawan. Sebagai contoh PT.
Kereta Api Indonesia mewajibkan karyawannya ikut kegiatan pesantren selama satu
minggu. Hasilnya sangat menggembirakan. Misalnya karyawan yang sulit di atur,
dan moralitasnya kurang baik, setelah dipesantrenkan perilaku mereka lebih
baik. Pengalaman religius selama dipesantren akan sangat berbekas di dalam
membangun intregitas diri. Kalau kegiatan dilakukan berulang- ulang untuk orang
yang sama mungkin akan lebih berhasil. Aparatur pemerintah Bank Indonesia juga
memasukan pendidikan agama dalam kegiatan pelatihan outbound, walaupun dalam
intensitas yang kecil.
Selain dengan melakukan pengembangan terhadap capital intelektual, capital social, dan capital lembut, birokrasi harus berwujud kebijakan yang menyentuh hal-hal yang mendasar seperti kebijakan restrukturisasi untuk membenahi permasalahan kelembagaan/organisasi, kebijakan rasionalisasi dan relokasi (TKK-PHK-PNS) untuk mengatasi permasalahan SDM aparatur, kebijakan simplifikasi dan otomatisasi untuk mengatasi permasalahan ketatalaksanaan/sistem prosedur, dan kebijakan dekulturisasi budaya lama dengan menginkulturisasi budaya baru untuk mengatasi permasalahan budaya birokrasi
Melalui kebijakan di atas diharapkan terwujud birokrasi yang lebih baik. Dalam arti bahwa birokrasi benar-benar mengedepankan efisiensi dan berorientasi kepada pelayanan publik yang optimal. Target-target kerja birokrasi harus dapat diukur secara jelas, Pola rekrutmen yang transparan dan baik, analisis jabatan yang benar-benar diterapkan, serta pembentukan perilaku yang baik melalui pembentukan human capital, sehingga tingkat keberhasilan kinerjanya pun juga bisa diukur dengan pasti. Upaya untuk mewujudkan penataan kembali birokrasi yang baik juga tentunya butuh dukungan mentalitas aparat yang baik. Tanpa dukungan dan komitmen dari aparat walaupun secara kelembagaan dan system peraturan dibuat sebaik mungkin, tentunya kinerja pelayanan birokrasi juga tidak secara otomatis menjadi lebih baik, karena pelaku-pelakunya pun harus di reformasi karena aparat lah yang nantinya akan melaksanakan peraturan-peraturan yang telah di buat tersebut.
Dalam tatanan masyarakat yang lebih demokratis saat ini harus dijadikan pula sebagai pertimbangan tipikal birokrasi yang akan digunakan. Dalam kultur masyarakat yang baru seperti ini, tentunya kita tidak bisa memaksakan birokrasi Weberian secara tekstual. Tetapi dengan melihat konteks masyarakat kita, tentunya birokrasi yang berbasiskan kultural inilah yang dapat memenuhi keinginan masyarakat kita sebagai objek yang akan diberi pelayanan.
2.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Reformasi Birokrasi Terhadap Pengembangan Kualitas SDM Aparatur
Selain dengan melakukan pengembangan terhadap capital intelektual, capital social, dan capital lembut, birokrasi harus berwujud kebijakan yang menyentuh hal-hal yang mendasar seperti kebijakan restrukturisasi untuk membenahi permasalahan kelembagaan/organisasi, kebijakan rasionalisasi dan relokasi (TKK-PHK-PNS) untuk mengatasi permasalahan SDM aparatur, kebijakan simplifikasi dan otomatisasi untuk mengatasi permasalahan ketatalaksanaan/sistem prosedur, dan kebijakan dekulturisasi budaya lama dengan menginkulturisasi budaya baru untuk mengatasi permasalahan budaya birokrasi
Melalui kebijakan di atas diharapkan terwujud birokrasi yang lebih baik. Dalam arti bahwa birokrasi benar-benar mengedepankan efisiensi dan berorientasi kepada pelayanan publik yang optimal. Target-target kerja birokrasi harus dapat diukur secara jelas, Pola rekrutmen yang transparan dan baik, analisis jabatan yang benar-benar diterapkan, serta pembentukan perilaku yang baik melalui pembentukan human capital, sehingga tingkat keberhasilan kinerjanya pun juga bisa diukur dengan pasti. Upaya untuk mewujudkan penataan kembali birokrasi yang baik juga tentunya butuh dukungan mentalitas aparat yang baik. Tanpa dukungan dan komitmen dari aparat walaupun secara kelembagaan dan system peraturan dibuat sebaik mungkin, tentunya kinerja pelayanan birokrasi juga tidak secara otomatis menjadi lebih baik, karena pelaku-pelakunya pun harus di reformasi karena aparat lah yang nantinya akan melaksanakan peraturan-peraturan yang telah di buat tersebut.
Dalam tatanan masyarakat yang lebih demokratis saat ini harus dijadikan pula sebagai pertimbangan tipikal birokrasi yang akan digunakan. Dalam kultur masyarakat yang baru seperti ini, tentunya kita tidak bisa memaksakan birokrasi Weberian secara tekstual. Tetapi dengan melihat konteks masyarakat kita, tentunya birokrasi yang berbasiskan kultural inilah yang dapat memenuhi keinginan masyarakat kita sebagai objek yang akan diberi pelayanan.
2.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Reformasi Birokrasi Terhadap Pengembangan Kualitas SDM Aparatur
1.
Faktor Pendorong Pengembangan
Kualitas SDM
Faktor
pendorong dan pengghambat ini dilihat dari berbagai aspek, ada beberapa faktor
pendorng yang mempengaruhi peningkatan kualitas pengembangan SDM aparatur yaitu
sebagai berikut:
a)
Profesionalisme
Profesionalisme dikatakan sebagai faktor
pendorong dalam peningkatan kualitas SDM karena dengan adanya profesionalisme
ini mendorong seseorang untuk berkembang. Profesionalisme memiliki beberapa
faktor penunjang diantaranya ketrampilan, keahlian, pengetahuan, kemampuan, dan
kemauan. Dari ke lima faktor penunjang itu jika dikaitkan satu sama lain dapat
meningkatkan perkembangan kualitas diri seseorang dan satu dengan yang lain
saling berhubungan. Oleh karena itu adanya profesionalisme dapat meningkatkan
perkembangan kualitas SDM aparatur.
b)
Disiplin
Disiplin
adalah salah satu tat cara atau aturan yang harus dipatuhi oleh
seseorang. Adanya disiplin membuat seseorng menjadi jelas arah dan tujuan saat
bekerja. Disiplin sangat bagus melatih seseorang agar apa yang ia kerjakan
menjadi fokus. Oleh sebab itu disiplin dapat mendorong seseorang untuk dapat
bekerja sesuai dengan apa yang menjadi tugas pokoknya, sehingga didalam proses
pekerjaanya dapat juga meningkatkan kualitas dalam dirinya untuk lebih baik.
2.
Faktor penghambat pengembangankualitas
SDM aparatur adalah sebagai berikut:
a)
Bekerja sama
Bekerja sama berkaitan dnegan hubungan
seseorang terhadap orang lain, jika hubungan itu terjaga dengan baik maka akan
baik pula dampaknya. Akan tetapi itu semua akan dampak tidak baik untuk
pekerjaan ketika salah seorang merasa tidak nyaman terhadap lingkungan kerja
terutama yang timbul dari hubungantidak baik antar sesama.
Oleh sebab itu, biasanya human
relation ini menjadi kendala seseorang untuk dapat meningkatkankemampuannyakarena
mereka tidak nyaman dengan orang-orang sekitar tempat kerja. Kendala yang
sering muncul salah satunya adalah pembagian tugas yang dirasa kurang adil
antara pegawai dengan yang lain, sehingga timbul kecemburan diantara pegawai
tersebut, sehingga kerjasama tim yang seharusnya terjalin menjadi kurang
bersahabat.
BAB IV
KESIMPULAN
3.1
KESIMPULAN
Reformasi Birokrasi merupakan cara
pemerintan untuk mewujudkan good governance. Reformasi birokrasi dapat menjadi
permulaan sebuah negara untuk maju. Dengan penataan(reform) sistem
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih efektif dan efisien, diharapkan
terwujud penyelenggaraan pemerintahan yang berdampak terhadap pelayanan
terhadap masyarakat secara tepat, cepat, dan profesional. Pengembangan
kompetensi SDM aparatur pada ketiga aspek besar human capital (kapital manusia)
tidak bisa dipisah-pisahkan ketiga hal tersebut harus dilakukan secara bersama-sama
secara kontinu yaitu intelektual kapital, sosial kapital dan kapital lembut. Dalam
pengembangan kualitas SDM aparatur di pengaruhi beberapa Faktor dari faktor
pendorong maupun faktor pengambat untuk pengembangan kualitas SDM aparatur di
Indonesia. Oleh karena itu aparatur
birokrasi semakin perlu untuk mengembangkan dirinya, meningkatkan dirinya agar
lebih siap untuk menghadapi perubahan, baik aparatur birokrasi pemerintah
maupun birokrasi di birokrasi non pemerintah (baik yang bersifat sosial maupun
yang bersifat bisnis) hal ini untuk lebih menekankan pada SDM aparatur. Alasan
penekanan pada aspek SDM aparatur karena aparatur birokrasi sangat sentral
perannya di dalam menggerakan roda pembangunan.
DAFTAR
PUSTAKA
Al Fitri; mata kuliah Isu dan Kebijakan SDM, 2010
Effendi, Taufiq. 2008. Permasalahan dan Peningkatan Kinerja SDM
Aparatur
Negara Menghadapi Persaingan Global. Semarang.
Irawan, Prasetya. 2003. Pengembangan SDM. Jakarta : STIA
LAN Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Slamet
Widodo, mata kuliah Isu dan kebijakan SDM, 2009
trmksh sblmnya.. di copas ya
BalasHapus